KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

PEMBAHASAN

Kebutuhan-kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang optimal meliputi Asuh, Asih, dan Asah yaitu:

A. Kebutuhan Fisik-Biologis (ASUH):

Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.

Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif).

a)      Imunisasi : anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

b)      Kebersihan : meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi

c)      Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan  protein merangsang pertumbuhan otot dan tulang merangsang perkembangan.

d)     Pelayanan Kesehatan: anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur. Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan bulan Agustus.

e)      Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

KRITERIA POLA ASUH ANAK

Pola asuh orangtua terhadap perilaku anak memiliki beberapa kriteria yaitu (Syamsul, 2005):

  1. Pola asuh Authoritarian — Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua yang rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik dan bersikap komando.
  2. Pola asuh Permissive — Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua meningkat namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk mengatakan dorongan keinginannya.
  3. Pola asuh Authoritative — Pola asuh oragtua, dimana sikap yang meninggat dan kontrolnya meningkat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik atau buruk.
  4. Pola asuh Dominan — Pola asuh orangtua yang mendominasi dalam segala hal yang menyangkut remaja dalam tindakan sehari-hari.
  5. Pola asuh Submission — Orangtua cenderung senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak berperilaku semaunya dirumah.
  6. Pola asuh Overdisplin — Orangtua senantiasa mudah memberikan hukuman, menanamkan kedisiplinan secara keras.

B.  Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):

Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk  menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak dengan cara:

a)      menciptakan rasa aman dan nyaman, anak merasa dilindungi,

b)      diperhatikan minat, keinginan, dan pendapatnya diberi contoh (bukan dipaksa)

dibantu, didorong/dimotivasi, dan dihargai dididik dengan penuh kegembiraan, melakukan koreksi dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan ancaman/ hukuman).

C. Kebutuhan Stimulasi (ASAH):

Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini:

Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).

Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk mengembangkan multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.- stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa, kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst

Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-spiritual anak. Selain distimulasi, anak juga perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining) adanya kelainan/penyimpangan tumbuh kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila diperlukan.

PENCEGAHAN INFEKSI

Pencegahan infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna (Sudarti dan Endang, 2010)

Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan april 1994, dari 8,1 jutakematian bayi di dunia, 48% diantaranya adalah kematian neonatal. Sekitar 60% diantarnya merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari serta kematian bayi berumur lebih dari 7 hari akibat gangguan prinatal. Sekitar 42% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonatrum, sepsis, meningitis, pneumonia dandiare. Pada kematian neonatal disebabkan oleh karena infeksi, dua pertiganya dengan proses persalinan.

Pencegahan infeksi merupakan penata laksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :

  1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak denganabayi.
  2. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum di mandikan.
  3. Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting dan benang tali pusat telah didisinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
  4. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
  5. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)
  6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari ( puting susu tidak boleh disabun)
  7. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan gunakan sabun setiap hari.
  8. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

Upaya ini yang dilakukan untuk pencegahan terjadinya infeksi pada bayi baru lahir diantaranya adalah :

  1. Pencegahan infeksi pada tali pusat

Upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalair dengan sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kering dan di bungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain kulit seklitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus / nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat di temukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.

  1. Pencegahan infeksi pada kulit

Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisaimikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cendrung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.

  1. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir

Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih dahulu, membersihkan kedua mata segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum (tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi saleb mata setelah 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.

  1. Imunisasi

Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosisi pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaanya di lakukan secara bertahap. Pada daerah resiko tinggi, pemberian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah lahir.

RAWAT GABUNG

  1. Pengertian rawat Gabung

Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.

Dengan kata lain rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya.

Pembagian Rawat Gabung

Menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadidua yaitu:

  • Rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada disamping ibu terus menerus.
  • Rawat gabung intermitten, yaitu bayi hanya sewaktu waktu saja bersama ibu, misalnya pada saat akan menetek saja.

Tujuan rawat gabung secara umum

  • Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi
  • Meningkatkan penggunaan ASI
  • Pencegahan infeksi dan
  • Pendidikan kesehatan bagi ibu.

Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar yang dilakukan oleh petugas.

Adapun Syarat dilakukannya rawat gabung antara lain yaitu :

  • Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong
  •  Apabila bayi lahir dengan tindakan, rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat
  • Refleks menghisap baik.
  • Tidak ada tanda tanda infeksi dll.
  • Apabila bayi lahir dengan seksio sesarea dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk. ,4-6 jam setelah operasi usai.
  • Nilai APGAR >7
  • Umur kehamilan ≥37 minggu
  • Berat lahir ≥2.500 gram
  • Tidak terdapat tanda tanda infeksi intrapartum
  • Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.

Kontraindikasi Rawat Gabung

Dari ibu:

  • Kardiorespirasi tidak normal ( ibu ibu dengan Compensatio cordis tingkat III tidak dianjurkann menyusui)
  • Pascaeklamsi kesadaran belum baik.
  • Infeksi akut(tuberkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS, citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara, dan psikosis.

Dari bayi:

  • Bayi kejang/ kesadaran menurun
  • Penyakit jantung/paru berat
  • Bayi yang memerlukan perawatan khusus/pengawasan intensif
  • Bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek

Manfaat rawat gabung antara lain :

  1. Aspek fisik
  • Mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas.
  • Dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan.
  • Ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan perubahan yang terjadi pada bayinya  karena setiap saat dapat melihat bayinya.
  1. Aspek Fisiologis
  • Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antar ibu dan bayinya
  • Bayi merasa terlindungi
  1. Aspek edukatif

Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya.

  1. Aspek ekonomi

Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan.

  1. Aspek medis

Menurunkan terjadinya infeksi nosokominal juga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas(Muslihatun, 2010).

 

 

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

  1.  Definisi Pendidikan Usia Dini (PAUD)

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini ( Adalilla, S, 2010)

PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa/komunikasi, dan social (Hasan, 2009).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan social anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan gaya belajar anak (Santrock, 2007).

  1. Tujuan PAUD

Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.

  1. Fungsi PAUD

Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :

1)   Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak

2)   Mengenalkan anak pada dunia sekitar

3)   Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik

4)   Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi

5)   Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak

6)   Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

  1. Jenis Pelayanan PAUD

Dibanding dengang perkembangan model dan jenis PAUD di berbagai negara maju dan berkembang lainnya, PAUD di Indonesia memiliki keunikan khusus yang agak berbeda dengan di luar negeri. Karena di luar negeri PAUD pada umumnya hanya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan Day Care, sedang di Indonesia menjadi 4 (empat) macam yaitu :

1)   Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)

2)   Kelompok Bermain (Play Group)

3)   Taman Penitipan Anak (Day Care)

4)   PAUD sejenis (Similar with Play Group)

E. Sistem Penyelenggaraan PAUD

Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional, estetika, dan social serta pengasuhan. Sedang di Indonesia potensi kecerdasan tersebut diberikan juga pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Di samping itu, juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di Indonesia disebut penyelenggaran PAUD secara “Holistik dan Integratif”

  1. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini, hendaknya menggunakan prinsip-prinsip berikut :

1)      Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi disemua aspek perkembangan baik fisik, intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional. Berorientasi pada kebutuhan anak membuat pendidikan begitu menyenangkan. Anak akan menjadikan belajar sebagai kebutuhan pokoknya.

2)      Belajar melalui bermain

Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Mulai bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpilan mengenai benda di sekitarnya. Dengan bermain anak berusaha memahami karakter teman-temannya, termasuk karakteristik orang dewasa disekitarnya. Bermain dan permainan bagi anak menjadi semacam air kehidupan yang begitu penting bagi kehidupan anak.

3)      Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Pasalnya lingkungan yang kondusif akan mengajak anak untuk bisa memosisikan dirinya secara proporsional. Dia akan berusaha menjadi bagian dari teman-temanya.

4)      Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu bisa dikatakan sama dengan pembelajaran yang sesuai dengaan potensi dan bakat anak. Oleh karenanya, pendidikan dengan model pengelompokkan anak-anak yang dianggap pandai dalam ruangan tertentu membuat anak tidak bisa berkembang maksimal, khususnya pada aspek social emosional.

5)      Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dialkukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab, serta memiliki disiplin diri.

Mengembangkan berbagai kecakan hidup juga akan mengajak anak untuk senantiasa kreatif dalam setiap langkah yang dipilih atau masalah yang menghadang.

6)      Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik  atau guru. Renik-renik disekitar kita bisa dijadikan bahan ajar yang begitu mempesona anak-anak didik. Hal ini karena renik-renik tersebut juga dekat dengan dunia anak, sehingga anak akan menikmati sumber belajar itu.

7)      Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya disajikan secara berulang. Kebertahapan dalam pendidikan membuat anak bisa menangkap makna atas apa yang diberikan. Pengulangan yang dilakukan membuat anak kianmelakukan kristalisasi atas pelajaran dan transfer ilmu serta nilai yang dilakukan.

KONSEP BERMAIN

  1. PENGERTIAN

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anka dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemapuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebtuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kaebuthan rasa aman, kebutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan secara cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. Perhatian selama proses bermain pada anak-anak sangat penting mengingat dalam proses bermain dapat ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti kreativitas anak, perkembangan mental dan emosi yang harus diarahkan agar sesuai dengan proses kematangan perkembangan.

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.(Foster, 1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah

Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.

FUNGSI BERMAIN

  1. Perkembangan sensorik motorik

Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.

2. Perkembangan intelektual

Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.

3. Perkembangan sosial.

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.Anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompok.

4. Perkembangan kreatifitas

Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya.

5. Perkembangan kesadaran diri.

Anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku.
Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak tingkah laku terhadap orang lain.

6. Perkembangan moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru. Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dikelompoknya. Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan dilakukan.

7. Terapi

Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri, sehingga anak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dalam bentuk permainan.

TUJUAN BERMAIN

a)      Untuk melanjutkan tukem yang normal pada saat sakit .

b)      Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

c)      Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

d)     Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di RS.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN

1.Tahap perkembangan anak

Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

  1. Status kesehatan anak

Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prisnsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.

  1. Jenis kelamin

Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.

Ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya.

  1. Lingkungan yang mendukung

Ling yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang untuk bermain.

  1. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tukem anak

Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.

KLASIFIKASI BERMAIN

a. Menurut isinya

  • Sosial affective play : hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan orang lain (EX : ciluk-baa).
  • Sense of pleasure play : permaianan yang sifatnya memberikan kesenangan pada anak (EX : main air dan pasir).
  • Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik sepeda).
  • Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).
  • Games : permaianan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (EX : ular tangga).
  • Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yang digunakan sebagai alat permainan(EX : jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

b. Karakter sosial

  • Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan(EX : Congklak).
  • Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya.
  • Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengann lainya tidak ada sosialisasi.
  • Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
  • Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).

KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK

Usia : Bayi

Karakter sosial bermain : Soliter (sendiri)

Isi bermain : Afektif-sosial

Tipe paling lazim dari bermain : sensorimotor

Karakteristik aktivitas spontan : kesenangan

Tujuan bermain dramatik : identitas diri

Perkembangan rasa etik : –

Usia : Todler

Karakter sosial bermain : Paralel

Isi bermain : imitatif

Tipe paling lazim dari bermain : gerakan tubuh

Karakteristik aktivitas spontan : penilaian intuitif

Tujuan bermain dramatik : mempelajari peran jender

Perkembangan rasa etik : memulai nilai-nilai moral

Usia : Pra-sekolah

Karakter sosial bermain : Asosiatif

Isi bermain : Imajinatif

Tipe paling lazim dari bermain : Fantasi, permainan informal

Karakteristik aktivitas spontan : Pembentukan konsep, Ide konstan yang beralasan

Tujuan bermain dramatik : meniru kehidupan social, mempelajari peran sosial

Perkembangan rasa etik : mengembangkan perhatian pada teman-teman bermain, belajar untuk berbagi dan bekerja sama

Usia : usia sekolah

Karakter sosial bermain : kooperatif

Isi bermain : permainan kompetitif dan kontes , fantasi

Tipe paling lazim dari bermain : aktivitas fisik, aktivitas kelompok, permainan formal, bermain peran

Karakteristik aktivitas spontan : menguji situasi konkrit dan pemecahan masalah, menambahkan informasi baru

Tujuan bermain dramatik : penguasaan pengalaman orang lain

Perkembangan rasa etik : loyalitas sebaya, bermain dengan aturan, kepahlawanan

Usia : Remaja

Karakter sosial bermain : kerjasama

Isi bermain : permainan kompetitif dan kontes, mimpi siang hari

Tipe paling lazim dari bermain : interaksi sosial

Karakteristik aktivitas spontan : pemecahan masalah abstrak

Tujuan bermain dramatik : menunjukkan ide-ide

Perkembangan rasa etik : penyebab dan proyek.

REFERENSI

 

Anonim, 2011. http://kkyazid.blogspot.com.

 

 

Nanny Lia Dewi,Vivian.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

                  Yogyakarta: Salemba Medika.

 

K.M. Rahmah, dkk.2012.Asuhan Neonatus, Bayi & Balita.Jakarta,EGC.

 

 

Dahliana. 2012.Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.Jakarta,EGC.

Leave a comment